Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, secara menyeluruh. Melalui wadah “Rumah Literasi” yang digodok oleh Departemen CSR PT IMIP, program pembelajaran bahasa asing (Inggris dan Mandarin), secara rutin diberikan kepada warga Bahodopi.
Salah seorang warga yang anaknya ikut dalam program pembelajaran Bahasa Asing, Nurma mengatakan, Elsa anaknya memang telah berniat untuk mempelajari bahasa Mandarin setelah lulus dari jenjang sekolah menengah atas dua tahun lalu. Alasannya karena anaknya ingin membekali dirinya dengan keterampilan berbahasa Mandarin agar lebih siap di dunia kerja.
“Bagus itu, Nak. Kalau memang kamu mau tekuni, kamu pasti bisa. Nanti hasilnya kamu sendiri yang nikmati. Itu pesan suami saya yang mendukung mimpi dari Elsa,” kata Nurma, saat ditemui di sela-sela pembelajaran Bahasa Asing, di Lahan Sidaya IMIP, Desa Labota, belum lama ini.
Menurut Nurma, muncul anggapan umum bahwa peluang perempuan untuk dapat diterima bekerja di sektor industri ekstraktif lebih kecil daripada laki-laki. Salah satu pekerjaan yang paling diburu calon pekerja perempuan ialah interpreter atau translator yang mahir berbahasa Mandarin untuk kebutuhan penerjemahan.
“Translator kan dibutuhkan di mana-mana, tidak hanya di IMIP. Biarpun bukan di IMIP, di perusahaan lain ataupun desa wisata akan dibutuhkan,” ucap Nurma.
Koordinator Program Sekolah IMIP, Jamilah Akbar mengungkapkan, pembelajaran bahasa asing yang diadakan sejak Maret 2023 itu untuk menjawab kebutuhan warga terkait kemampuan berbahasa. Dengan kesadaran pendidikan bagi warga, PT IMIP menyediakan fasilitas tempat belajar di Rumah Literasi, beserta guru, bahan ajar, dan alat-alat tulis untuk kegiatan tersebut.
Program ini, lanjutnya lagi, terdiri atas dua macam yakni pembelajaran bahasa Mandarin diadakan setiap hari Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu siang, serta pembelajaran bahasa Inggris setiap Senin dan Selasa siang.
“Kursus bahasa Mandarin lebih banyak diminati oleh orang dewasa, termasuk ibu rumah tangga. Kalau kelas bahasa Inggris didominasi anak-anak, dengan rentang usia kelas 2 SD hingga 3 SMP. Peserta kelas bahasa asing ini sekitar 60-an orang,” urai Jamilah.
Rumah Literasi, kata Jamilah, juga sesekali mengundang perwakilan jubir dan tenant sebagai native speaker yang berkesempatan mendampingi proses pembelajaran. Dengan cara ini, kata Jamilah, para peserta kursus dapat berinteraksi langsung bersama orang asli Cina yang berbahasa ibu Mandarin.
“Para peserta paling suka conversation dan menulis Hànzì (aksara Mandarin). Menulis Hànzì ini walaupun susah, ketika mereka menikmatinya itu menjadi sesuatu yang seru,” kata Jamilah. (*)