PT Indonesia Morowali Industrial Park

Yayasan Peduli IMIP dan CSR IMIP Lakukan Studi Banding ke PT Andaro

Morowali, – Yayasan Pembangunan Berkelanjutan IMIP melakukan observasi lapangan CSR selama dua hari di PT Adaro. Kunjungan ini membuat saya memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan dijalankan secara terlembaga dan mekanisme implementasinya di lapangan. Dengan menjadikan “Adaro Nyalakan Perubahan” sebagai poros strategi, perusahaan membangun lima pilar: pendidikan, ekonomi, kesehatan, budaya, dan lingkungan—serta membentuk peta tanggung jawab yang menyeimbangkan jangkauan dan pendalaman di 6 kabupaten, 15 kecamatan, dan 64 desa.

Struktur tim CSR PT Adaro tersusun secara ilmiah dengan pembagian tugas yang rinci. Tim berjumlah 25 orang, mencakup posisi supervisor, pengawas, hingga kepala regu. Perusahaan mengklasifikasikan program CSR berdasarkan wilayah dan fungsi, meliputi enam pilar utama: ekonomi, pembangunan desa, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan—mencakup 6 kabupaten dan 64 desa. Pengelolaan yang sangat terorganisasi dan sistematis ini menjadi landasan kokoh bagi implementasi berbagai program sosial, sekaligus memastikan sumber daya tersalurkan secara tepat sasaran untuk menjawab kebutuhan nyata komunitas.

Dengan slogan “Adaro Nyalakan Perubahan”, perusahaan menanamkan tanggung jawab sosial ke dalam lima arah utama: pendidikan, ekonomi, kesehatan, budaya, dan pelestarian lingkungan. Mulai dari pemberian beasiswa, peningkatan infrastruktur sekolah, dukungan terhadap ekonomi desa dan kewirausahaan UMKM, hingga pengelolaan kesehatan ibu-anak serta perlindungan lingkungan dan pelestarian budaya—semuanya mencerminkan misi dan tanggung jawab perusahaan. Yang paling berkesan, setiap program memiliki penanggung jawab dan target yang jelas, berorientasi pada hasil nyata. Misalnya, program kesehatan ibu-anak dan pencegahan stunting dijalankan bersama berbagai perusahaan dan lembaga sosial di 7 kabupaten dan 81 desa. Di lapangan, terlihat keterlibatan aktif tenaga kesehatan desa, relawan, dan komunitas; sorot mata para orang tua yang penuh harap membuat saya kian merasakan daya guna filantropi berbasis sains. Melalui intervensi gizi berkala, pendampingan kesehatan, dan edukasi keluarga, beberapa desa telah mencapai target nol stunting. Perusahaan tidak sekadar menyalurkan dana, tetapi juga menghadirkan dukungan yang profesional dan berkelanjutan.

Di Desa Murung Pudak, saya mengunjungi TK khusus anak berkebutuhan “Rumah Semut”. Sejak menjadi mitra binaan ADARO, sekolah ini mengalami lonjakan mutu baik dari sisi sarana-prasarana maupun kualitas tenaga pendidik. Kini, sekolah mampu menampung hampir 130 anak berkebutuhan khusus, menyediakan layanan terpadu pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan rehabilitasi, dengan tim guru serta terapis profesional yang lengkap. Melihat anak-anak belajar fokus dan menjalani terapi dengan gembira di ruang kelas yang lapang, saya merasakan konsistensi kepedulian perusahaan dalam ranah kemanusiaan.

Dukungan PT ADARO terhadap pelaku UMKM lokal juga patut diapresiasi. Sejak 2017, lebih dari 600 wirausaha telah terbantu untuk tumbuh melalui pelatihan, kompetisi inovasi, dan kegiatan pasar/eksposisi—menyediakan akses permodalan, peningkatan kapasitas, serta jejaring pasar. Kompetisi inovasi wirausaha yang digelar tiap tahun mengawinkan aspek kepraktisan dan kebaruan, memantik vitalitas ekonomi desa. Banyak peserta yang—berbekal penguatan dari perusahaan—berhasil mandiri dan menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Selama kunjungan, saya sungguh merasakan kepercayaan diri dan semangat para pelaku UMKM—makna sejati dari “mengajarkan cara memancing, bukan sekadar memberi ikan”.

Dalam masa studi, kami juga meninjau proyek wisata desa Menanti Laburan yang dibangun dengan dukungan perusahaan. Kawasan wisata yang dikelola oleh badan usaha milik desa ini merupakan wujud kolaborasi perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan. Selain menciptakan lapangan kerja dan menambah pendapatan ekonomi kolektif, kawasan ini mengusung konsep keterbukaan dan inovasi untuk membentuk merek wisata desa yang berdaya saing. Pendapatan tahunan kawasan ini pernah melampaui Rp100 juta, menjadi titik terang yang langka selama masa pandemi. Model baru “perusahaan + komunitas + pemerintah” ini membuat saya memahami betapa besar daya dorong partisipasi multi pihak dan tata kelola bersama bagi kebangkitan desa.

Yang lebih layak dipuji, ADARO menjaga komunikasi dan kolaborasi yang rutin serta terlembaga dengan pemerintah daerah. Perusahaan bersama pemerintah dan komunitas menyusun rencana CSR tahunan, memperjelas pembagian kerja dan menghindari tumpang tindih; proyek-proyek penting kemudian dimasukkan pemerintah ke dalam dokumen resmi agar terjamin kesinambungan kebijakan dan pengawasan sosial. Pola gotong royong dalam tata kelola ini membuat tanggung jawab sosial perusahaan benar-benar terlaksana, seraya menyeimbangkan kemajuan perusahaan dan kemajuan masyarakat.

Dua hari riset singkat, namun hasilnya berlimpah. Tanggung jawab sosial perusahaan bukan hanya sebuah sistem, melainkan juga keyakinan dan kegigihan. Seperti kata pepatah Tiongkok: “Bila hanya menguntungkan diri sendiri, tak usah dikejar; bila bermanfaat bagi semua, wajib diupayakan.” Hanya dengan menautkan tanggung jawab dan keteguhan pada setiap tahap perkembangan perusahaan, kita dapat meraih kemenangan bersama, berbagi manfaat, dan maju serempak. Terima kasih kepada penyelenggara dan PT ADARO atas penyusunan kegiatan yang cermat, serta kepada setiap peserta atas berbagi yang tulus. Ke depan, saya akan menjadikannya cermin untuk mendorong agar konsep tanggung jawab sosial perusahaan dapat berakar kuat di perusahaan kami sendiri—demi harmoni sosial dan pembangunan berkelanjutan. Billion

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *