PT Indonesia Morowali Industrial Park

Nikel Laterit: Jenis Nikel yang Langka di Dunia Namun Banyak Dimiliki Indonesia

Picture of Wulan Octaviani
Wulan Octaviani

Saturday, 15 June 24

nikel laterit
NIkel laterit. Sumber foto: dperkins.org

Nikel adalah sumber daya alam Indonesia yang memiliki potensi untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia. Pasalnya, jika nikel diberikan nilai tambah dan tidak hanya langsung diekspor dalam bentuk barang mentah, hal ini dapat meningkatkan nilai produk nikel di pasar global. Dan salah satu jenis bijih nikel selain nikel sulfida atau adalah nikel laterit.

Nikel laterit adalah endapan bijih nikel yang berasal dari hasil proses pelapukan batuan ultrabasa. Endapan nikel laterit diketahui kerap digunakan sebagai bahan bangunan.

Namun nikel laterit ini memiliki sifat unik yaitu sangat rapuh dalam proses pemotongan, namun bisa menjadi keras dan kuat apabila terpapar udara luar.

Potensi Nikel Laterit di Indonesia

Nikel laterit diyakini bisa menjadi sumber daya masa depan di pertambangan nikel. Diketahui keberadaan endapan nikel laterit di seluruh dunia adalah 73%. Dan Indonesia termasuk negara yang banyak memiliki bijih nikel laterit yang tersebar di Pegunungan Meratus, Pulau Laut Kalimantan, lengan timur Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua.

Bijih nikel laterit diketahui terdiri dari tiga lapisan utama yang mengandung nikel yaitu limonite, smectite dan saprolit. Dan Indonesia sebagai negara yang kaya akan bjih nikel laterit berupa limonite dan saprolit dengan kadar sekitar 0,6-2,23%.

Proses Pembentukan Nikel Laterit

Nikel laterit bisa terunik karena melalui pelapukan batuan ultrabasa yakni batuan harzburgit yang mengandung banyak sekali olivin, magnesium, besi, piroksen dan silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30% nikel. 

Mineral-mineral di atas sangat mudah larut dalam proses laterisasnya yang kemudian berubah bentuk menjadi konsentrasi endapan hasil proses pengayaan unsur Fe, Cr, Al, Ni, dan Co. 

Proses laterisasi ini bisa berlangsung selama jutaan tahun dimulai dari batuan ultramafik hingga menghasilkan residu nickel yang tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam prosesnya yakni iklim, topografi, jenis batu asal, struktur geologi, reagen kimia dan vegetasi serta waktu.

Di alam, air permukaan yang memiliki kandungan CO2 terkayakan kembali dan berapa meresap ke dalam tanah sehingga menyebabkan fluktuasi air tanah. Air tanah yang kaya akan CO2 kemudian berkontak dengan zona saprolit melahirkan mineral yang tidak stabil yang terbawa sebelumnya yakini olivin dan piroksen

Mineral Ni, Mg Si  selanjutnya akan mengalami pelarutan dan terbawa aliran air tanah hingga menghasilkan mineral baru. Endapan magnesium, nikel dan silika yang terjadi netralisasi akibat reaksi dengan batuan tanah sekitarnya, berubah menjadi mineral hidrosilikat yang dinamakan mineral garnierit. Mineral garnierit ini juga mengandung Ni yang telah turun semakin dalam karena resapan air.

Dan jika proses terus berlanjut, maka akan terjadi pengayaan supergen di zona saprolit. Dan perubahan air muka tanah terutama karena terjadinya perubahan musim bisa membuat lebih dari satu zona pengayaan.

Share this post

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Telegram